Criminal Minds (2017), Drama Yang Memacu Logika Penonton Dalam Memahami Otak Pelaku Kejahatan
|
| Criminal Minds (Sumber : AsianWiki) |
Ingin pikiran kalian teraduk-aduk oleh kasus kejahatan yang mampu membuat
kalian geleng-geleng kepala? Kasus kejahatan yang bahkan terlalu tabu dan
riskan untuk dibahas oleh masyarakat awam? Apa kalian ingin tahu, apa yang ada
di dalam pikiran orang-orang yang bertanggungjawab atas darah yang mengalir di
tangan mereka?
Drama "Criminal Minds" yang ditayangkan di tvN pada pertengahan tahun 2017 ini akan memberikan
sedikit gambaran bagaimana gelapnya dunia kejahatan yang sebagian besar
terjadi di dunia nyata. Kasus-kasus mengerikan seperti pembunuhan sadis, kekerasan seksual, pembunuhan berantai yang menghilangkan nyawa banyak orang dan yang paling membekas dimana salah satu episode membahas salah satu kasus yang lumayan disturbing yaitu, dimana banyak perempuan diculik dan dijadikan Lolita Slave Toys. Ugh, pokoknya ... Ahhh! Seram-seram bikin penasaran 😶 #plak
Dilansir dari
AsianWiki,
Criminal Minds adalah drama remake dari drama kejahatan
kriminal produksi Amerika Serikat (U.S.) berjudul sama yang ditayangkan di
saluran CBS pada tahun 2005. Drama ini sebagian besar diambil dari sudut
pandang penyelidik polisi dalam mengungkapkan teka-teki kejahatan yang ada di
setiap kasus yang mereka hadapi.
Secara pribadi, aku suka sekali dengan drama ini. Banyak memberikan pelajaran
dan juga inspirasi bagaimana untuk menggambarkan bagaimana pembawaan dan
gambaran kejahatan. Apalagi untuk seorang penulis cerita bertema agak "keras
dan berdarah" aku rekomendasikan banget deh! Pakai banget malah! Tapi, bagi
kalian yang enggak kuat dan mual dengan yang namanya adegan berbau darah, aku enggak saranin sih.
Soalnya drama ini cukup sadis dan menampilkan beberapa gambaran kejahatan yang
sedikit disturbing.
Ini sudah aku peringatkan ya! Jika kalian yang enggak kuat masih nekad pengen nonton, efeknya ditanggung sendiri.
Orang-orang berkata, "Terkadang dunia nyata itu lebih kejam daripada dunia fiksi." Dan memang ucapan itu bukan isapan jempol belaka. Karena sehebat-hebatnya manusia dalam menuliskan sebuah karya fiksi, tidak akan mampu mengalahkan realita kehidupan yang terkadang penuh dengan teka-teki. Sebagian terungkap, sebagian tersirat dan sisanya telah terkubur dalam tanpa satupun jawaban.
-p1.jpg)